Selasa, 26 Januari 2016

M.E.S.O.L.I.T.I.K.U.M - Zaman Batu #2

Pada kesempatan kali ini gue bakal bawa materi baruuu. Masih muter muter sama Zaman Batu -karena materinya masih itu. Semoga aja ga bosen. zaman yang bakal dibahas adalah zaman setelah zaman paleolitikum. Penasaran? Pasti nggak. Enjooy/?


Mesolitikum atau Zaman Batu Madya atau Zaman Batu Tengah (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu) adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda. Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Zaman Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan pada tahun 1865.
Zaman mesolitikum adalah zaman di mana manusia masih menggunakan batu sebagai alat dalam kegiatan sehari – harinya. Zaman mesolitikum sendiri disebut dengan zaman batu tengah dan terjadi pada masa holsen sekitar 10. 000 tahun yang lalu.
Pada zaman mesolitikum, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan. Namun, pada masa ini manusia lebih cerdas dibandingkan dengan para pendahulunya. Manusia pada masa itu mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga tidak heran di tempat tersebut banyak ditemukan peninggalan – peninggalan pra sejarah.
Kjokkenmoddinger diambil dari bahasa Denmark, yaitu kjokken yang berarti dapur dan modding yang berarti sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur. Dalam pengertian yang sebenarnya Kjokkenmoddinger adalah fosil yang berupa timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput sehingga mencapai ketinggian ± 7 meter. Fosil ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera, yakni antara daerah Langsa hingga Medan. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba pada zaman ini sudah mulai menetap.
Sedangkan Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Ceruk-ceruk di dalam batu karang memberikan perlindungan terhadap hujan dan panas. Di dalam dasar gua ini didapatkan banyak peninggalan kebudayaan, dari jenis paleolitikum sampai permulaan neolitikum, tetapi sebagian besar dari zaman mesolitikum.
Penyelidikan pertama terhadap abris sous roche dilakukan oleh van Stein Callenfels di Gua Lawa dekat Sampung (Ponorogo, Madiun), dari tahun 1928-1931. Alat-alat yang ditemukan banyak sekali macamnya : alat-alat bantu, seperti ujung panah dan flakes, batu-batu penggilingan, kapak-kapak yang sudah diasah, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, dll.
Dibandingkan dengan zaman batu sebelumnya, pada zaman ini manusia mulai mengalami perkembangan budaya yang lebih cepat. Perkembangan budaya yang cepat ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah keadaan alam yang lebih stabil. Akibatnya, manusia pada zaman ini hidup dengan lebih tenang, sehingga mereka bisa mengembangkan kebudayaannya. Salah satu perkembangannya adalah manusia pada zaman itu sudah mempunyai kemampuan membuat kerajinan gerabah dari tanah liat.
Mereka juga sudah mulai bercocok tanam meskipun dengan cara yang masih sederhana. Manusia purba pada masa ini masih menggunakan alat – alat yang diambil dari tulang dan tanduk hewan untuk digunakan dalam kehidupan sehari – hari seperti pada masa mengumpulkan makanan tingkat awal atau paleolitikum.
Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri zaman mesolitikum adalah :

1. Manusia di zaman ini sudah tidak lagi nomaden atau menetap di gua, maupun di pantai.
2. Manusia zaman ini sudah mengumpulkan makanan dan bercocok tanam.
3. Manusia zaman ini sudah bisa membuat kerajinan dari gerabah.

Menurut penelitian para ahli sejarah, manusia yang hidup pada zaman mesolitikum adalah Ras Melanosoide. Ras Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia dan berasal dari daratan Asia tepatnya di Yunan Utara bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina dan terus ke Kepulauan Indonesia. Bangsa Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid memiliki ciri-ciri antara lain kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan hidung mancung. Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau Irian dan pulau-pulau Melanesia.
Zaman mesolitikum meninggalkan hasil kebudayaan. Hasil kebudayaannya antara lain :

1.       Pebble (kapak genggam)
Biasa disebut dengan kapak Sumatera karena kapak ini paling banyak ditemukan lokasinya di pesisir timur Sumatera yaitu antara Langsa dan Medan. Para arkeolog menyebutnya dengan pebble. Terbuat dari batu kali yang dipecah atau dibelah. Sisi luarnya yang sudah halus dibiarkan, sedangkan sisi dalamnya dikerjakan lebih lanjut, sesuai kebutuhan.

2.       Hache cource (kapak pendek)
Kapak ini hanya ada di zaman mesolitikum. Bentuknya kira-kira setengah lingkaran, dan seperti halnya kapak genggam dibuat dengan memecahkan batu, dan tidak diasah. Bagian yang tajam terdapat pada sisi lengkung.

3.       Pipisan (batu-batu penggiling)
Di bukit-bukit kerang (kjjokenmoddinger) ditemukan  batu-batu penggiling beserta landasannya. Pipisan  ini ternyata tidak hanya digunakan untuk menggiling makanan tetapi digunakan juga untuk menghaluskan cat merah. Adapun kegunaan dari cat merah itu belum diteliti secara pasti, tetapi ada kemungkinan pemakaiannya berhubungan dengan  keagamaan/sihir, dimana merah merupakan darah sebagai tanda dan sendi kehidupan. Cat merah diulaskan ke badan  memiliki maksud agar bertambah kekuatan  dan tenaga hidupnya

4.       Flakes
Flakes adalah serpihan-serpihan yang terbuat dari batu-batu biasa tetapi ada juga yang dari batu berwarna/caldeson. Berbeda dengan kapak genggam, flakes ini berukuran lebih kecil dan tajam.
Peralatan ini terutama ditemukan di sekitar daerah Sangiran, Pacitan, Ngandong(Jawa), Lahat(Sumatera), Sumbawa, Sulawesi, dan Flores. Flakes ini berfungsi untuk menguliti hewan buruan,mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya mirip dengan pisau sekarang.

5.       Sampung Bone Culture
Sampung Bone Culture merupakan istilah dari benda-benda yang terbuat dari tulang hewan. Diberi nama Sampung Bone Culture karena pertama kali ditemukan di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo. Benda-benda dari tulang ini juga ditemukan di gua Besuki, Bojonegoro(Jawa Timur), pulau Timor dan Rote, dan di gua Leang Patae, Lomoncong,   Sulawesi Selatan yang pendukungnya adalah suku Toala yang sampai sekarang masih ada.
Alat-alat dari tulang ini digunakan untuk berburu, tidak sedikit yang digunakan sebagai mata anak panah.

6.       Lukisan dinding
Pada zaman mesolitikum ditemukan lukisan di sekitar Teluk Triton dan Teluk Bisyari, Distrik/Kecamatan Kaimana atau di sekitar Kampung Maimai, Sisir, dan Namatota. Lukisan-likisan ini masih menyimpan misteri dan keunikan yang seakan menceritakan suatu jaman dengan suatu kehidupan tertentu. Daya tarik Kaimana Rock Painting ini terletak pada letak dan bahan pewarna yang digunakan. Letak lukisan-lukisan ini terdapat pada tebing-tebing batu yang tinggi dan secara akal sehat manusia tidak mungkin dijangkau-apalagi teknologi jaman itu. Bahan cat atau pewarna yang digunakan hingga kini masih misteri, umumnya lukisan-lukisan ini berwarna merah darah dan hingga hari ini tak pudar dimakan jaman.
Lukisan dinding di Kaimana memiliki keunikan tersendiri dan berbeda dengan lukisan dinding yang terdapat di Kokas dan Raja Ampat, terutama dari segi kekayaan motifnya. Jika di Kokas dan Raja Ampat umumnya bermotif tapak tangan (finger-print), di Kaimana bukan saja finger print tapi ada lukisan ikan, binatang, tengkorak, matahari.

Gallery                

absis sous roche (commons.wikimedia.org)
               
Pebble (jawara1.wordpress.com)
sampung bone culture (tamanmacah.blogspot.com)

pipisan (ucocompact.blogspot)

lukisan dinding gua (ferdi2end.blogspot.com)


kkjokenmoddinger (akademi-kuliah.blogspot.co.id)















sumber                                                              
http://kakakpintar.com/pengertian-ciri-ciri-zaman-mezolitikum-manusia-pendukung-serta-hasil-kebudayaan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Mesolitikum
http://sejarahsenirupa.blogspot.co.id/2012/06/kesenian-indonesia-zaman-mesolitikum.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar