Revolusi neolitikum menurut beberapa ahli adalah, sebagai berikut ;
Josh Antonio
Revolusi yang berkaitan dengan budaya, yaitu perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Neolitikum adalah fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan.
Jadi, Revolusi Neolitikum adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi pada masa / jaman Neolitikum dimana masyarakat mulai menggunakan cara-cara baru untuk bertahan hidup.
Revolusi yang berkaitan dengan budaya, yaitu perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Neolitikum adalah fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan.
Jadi, Revolusi Neolitikum adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi pada masa / jaman Neolitikum dimana masyarakat mulai menggunakan cara-cara baru untuk bertahan hidup.
Contohnya antara lain :
• Masyarakat zaman neolitikum yang tadinya sekedar pengumpul makanan mulai menjadi penghasil makanan dengan melakukan bertani dan berternak.
• Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah (nomaden), tetapi relative telah menetap dan tinggal di perkampungan kecil dengan membangun rumah permanen secara menggerombol.
• Jenis peralatan yang digunakan juga sudah mulai berkembang. Dimana dulunya mereka hanya mengandalkan bebatuan yang seadanya, lalu berubah dengan cara menggosok alat-alat tersebut hingga halus dan efektif untuk pekerjaan mereka seperti mencocok tanam. Alat-alat batu yang menonjol saat itu ialah beliung persegi dan belincung. Beliung persegi/kapak ini digunakan untuk melubangi kayu atau kalau yang berukuran kecil digunakan untuk membuat ukiran.
• Mereka juga sudah mulai membuat banyak tembikar dari tanah liat untuk membuat alat-alat rumah tangga.
• Masyarakat zaman neolitikum yang tadinya sekedar pengumpul makanan mulai menjadi penghasil makanan dengan melakukan bertani dan berternak.
• Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah (nomaden), tetapi relative telah menetap dan tinggal di perkampungan kecil dengan membangun rumah permanen secara menggerombol.
• Jenis peralatan yang digunakan juga sudah mulai berkembang. Dimana dulunya mereka hanya mengandalkan bebatuan yang seadanya, lalu berubah dengan cara menggosok alat-alat tersebut hingga halus dan efektif untuk pekerjaan mereka seperti mencocok tanam. Alat-alat batu yang menonjol saat itu ialah beliung persegi dan belincung. Beliung persegi/kapak ini digunakan untuk melubangi kayu atau kalau yang berukuran kecil digunakan untuk membuat ukiran.
• Mereka juga sudah mulai membuat banyak tembikar dari tanah liat untuk membuat alat-alat rumah tangga.
Detty Hermawaty
Manusia yang dulunya hanya menjadi pengumpul makanan kini menjadi penghasil makanan. Perubahan yang sangat mendasar itu sering disebut revolusi neolitikum.
Manusia yang dulunya hanya menjadi pengumpul makanan kini menjadi penghasil makanan. Perubahan yang sangat mendasar itu sering disebut revolusi neolitikum.
Muhammad Ridman
Pada zaman Neolitikum, keadaan lingkungan alam banyak berubah. Naiknya permukaan air laut menyebabkan daratan bertambah sempit. Sehingga wilayah tempat manusia berburu makin sempit. Perubahan yang sangat mendasar tersebut sering disebut revolusi neolitikum, walaupun sebenarnya perubahan tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Kehidupan pada masa ini semakin maju. Manusia tidak hanya sudah hidup secara menetap tetapi juga telah bercocok tanam. Masa ini penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan. Hutan belukar mulai dikembangkan, untuk membuat ladang-ladang. Dalam kehidupan bercocok tanam ini, manusia sudah menguasai lingkungan alam beserta isinya. Masyarakat pada masa bercocok tanam ini hidup menetap dalam suatu perkampungan yang dibangun secara tidak beraturan. Pada awalnya rumah mereka masih kecil-kecil berbentuk kebulat-bulatan dengan atap yang dibuat dari daun-daunan. Rumah ini diduga merupakan corak rumah paling tua di Indonesia yang sampai sekarang masih dapat ditemukan di Timor, Kalimantan Barat, Nikobar, dan Andaman. Kemudian barulah dibangun bentuk-bentuk yang lebih besar dengan menggunakan tiang. Rumah ini berbentuk persegi panjang dan dapat menampung beberapa keluarga inti. Rumah-rumah tersebut mungkin dibangun berdekatan dengan ladang-ladang mereka atau agak jauh dari ladang. Rumah yang dibangun bertiang itu dalam rangka menghindari bahaya dari banjir dan binatang buas.
Masyarakat pada zaman neolitikum ini memiliki ciri yang khas. Salah satunya ialah sikap terhadap alam kehidupan sudah mati. Kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Upacara yang paling menyolok adalah upacara pada waktu penguburan terutama bagi mereka yang dianggap terkemuka oleh masyarakat. Biasanya yang meninggal dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari seperti perhiasan, periuk, dan lain-lain agar perjalanan si mati ke alam arwah terjalin keselamatannya.
Jasad seseorang yang telah mati dan mempunyai pengaruh kuat biasanya diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar. Jadi, bangunan itu menjadi medium penghormatan, tempat singgah, dan lambang si mati. Bangunan-bangunan yang dibuat dengan menggunakan batu-batu besar itu pada akhirnya melahirkan kebudayaan yang dinamakan megalitikum (batu besar). Salah satu contoh bangunan megalitikum adalh kubur batu, sarkofagus ,dan waruga yang ketiganya berfungsi sebagai makam.
Kemajuan masyarakat dalam masa neolitikum ini tidak saja dapat dilihat dari corak kehidupan mereka, tetapi juga bisa dilihat dari hasil-hasil peninggalan budaya mereka. Yang jelas mereka semakin meningkat kemampuannya dalam membuat alat-alat kebutuhan hidup mereka. Alat-alat yang berhasil mereka kembangkan antara lain beliung persegi, kapak lonjong, alat-alat obsidian, mata panah, gerabah, perhiasan, dan bangunan megaltikum. Berikut alat alat atau hasil kebudayaan pada masa neolitikum :
Pada zaman Neolitikum, keadaan lingkungan alam banyak berubah. Naiknya permukaan air laut menyebabkan daratan bertambah sempit. Sehingga wilayah tempat manusia berburu makin sempit. Perubahan yang sangat mendasar tersebut sering disebut revolusi neolitikum, walaupun sebenarnya perubahan tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Kehidupan pada masa ini semakin maju. Manusia tidak hanya sudah hidup secara menetap tetapi juga telah bercocok tanam. Masa ini penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan. Hutan belukar mulai dikembangkan, untuk membuat ladang-ladang. Dalam kehidupan bercocok tanam ini, manusia sudah menguasai lingkungan alam beserta isinya. Masyarakat pada masa bercocok tanam ini hidup menetap dalam suatu perkampungan yang dibangun secara tidak beraturan. Pada awalnya rumah mereka masih kecil-kecil berbentuk kebulat-bulatan dengan atap yang dibuat dari daun-daunan. Rumah ini diduga merupakan corak rumah paling tua di Indonesia yang sampai sekarang masih dapat ditemukan di Timor, Kalimantan Barat, Nikobar, dan Andaman. Kemudian barulah dibangun bentuk-bentuk yang lebih besar dengan menggunakan tiang. Rumah ini berbentuk persegi panjang dan dapat menampung beberapa keluarga inti. Rumah-rumah tersebut mungkin dibangun berdekatan dengan ladang-ladang mereka atau agak jauh dari ladang. Rumah yang dibangun bertiang itu dalam rangka menghindari bahaya dari banjir dan binatang buas.
Masyarakat pada zaman neolitikum ini memiliki ciri yang khas. Salah satunya ialah sikap terhadap alam kehidupan sudah mati. Kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Upacara yang paling menyolok adalah upacara pada waktu penguburan terutama bagi mereka yang dianggap terkemuka oleh masyarakat. Biasanya yang meninggal dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari seperti perhiasan, periuk, dan lain-lain agar perjalanan si mati ke alam arwah terjalin keselamatannya.
Jasad seseorang yang telah mati dan mempunyai pengaruh kuat biasanya diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar. Jadi, bangunan itu menjadi medium penghormatan, tempat singgah, dan lambang si mati. Bangunan-bangunan yang dibuat dengan menggunakan batu-batu besar itu pada akhirnya melahirkan kebudayaan yang dinamakan megalitikum (batu besar). Salah satu contoh bangunan megalitikum adalh kubur batu, sarkofagus ,dan waruga yang ketiganya berfungsi sebagai makam.
Kemajuan masyarakat dalam masa neolitikum ini tidak saja dapat dilihat dari corak kehidupan mereka, tetapi juga bisa dilihat dari hasil-hasil peninggalan budaya mereka. Yang jelas mereka semakin meningkat kemampuannya dalam membuat alat-alat kebutuhan hidup mereka. Alat-alat yang berhasil mereka kembangkan antara lain beliung persegi, kapak lonjong, alat-alat obsidian, mata panah, gerabah, perhiasan, dan bangunan megaltikum. Berikut alat alat atau hasil kebudayaan pada masa neolitikum :
1. Beliung persegi atau kapak persegi ditemukan hampir seluruh kepulauan Indonesia, terutama bagian barat seperti desa Sikendeng, Minanga Sipakka dan Kalumpang (Sulwasei), Kendenglembu (Banyuwangi), Leles Garut (Jawa Barat), dan sepanjang aliran sungai Bekasi, Citarum, Ciherang, dan Ciparege (Rengasdengklok). Fungsi beliung persegi antara lain :
1. Sebagai tajak untuk menanam tumbuhan`
2. Sebagai pisau untuk mengetam padi.
3. Alat pembuat perahu(memotong, mengerat, memukul).
4. Alat yang kecil sebagai pahat.
5. Komoditas dagang (barter).
6. Sebagai bekal kubur.
2. Kapak lonjong ditemukan terbatas hanya di wilayah Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Sangihe-Talaud, Flores, Meluku, Leti, Tanibar dan Papua. Kapak ini umumnya lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajaman. Bagian tajaman diasah dari dua arah sehingga menghasilkan bentuk tajaman yang simetris. Fungsi dari kapak lonjong ini sama dengan kapak persegi. Kapak lonjong pada umumnya digunkan sebagai alat bercocok tanam. Kapak lonjong yang berukuran besar digunakan sebagai alat perkakas sedangkan kapak yang berukuran kecil digunakan sebagai wasiat atau pusaka yang mengandung usur mistis. Kapak lonjong yang kecil ini tidak digunakan sebagai alat perkakas.
3. Alat-alat obsidian merupakan alat-alat yang dibuat dari batu kecubung. Alat-alat obsidian ini berkembang secara terbatas di beberapa tempat saja, seperti di dekat Danau Kerinci (Jambi), Danau Bandung dan Danau Cangkuang Garut, Leuwiliang Bogor, Danau Tondano (Minahasa), dan sedikit di Flores Barat.
4. Gerabah yang mempunyai fungsi sebagai wadah atau tempat untuk keperluan rumah tangga. Tetapi ada yang ditemukan di beberapa tempat gerabah juga berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan tulang belulang manusia seperti di wilayah pulau jawa bagian selatan ( pantai selatan ) . Di bali sebagai bekal kubur dan juga ada yang di gunakan sebgai kandang lembu di wilayah banyuwangi dan sumba.
5. Perhiasan (gelang dan kalung yang terbuat dari batu indah). Banyak di temukan di wilayah Pulau jawa.
6. Pakaian dari kulit kayu. Manusia pada masa neolitikum mereka sudah bisa membuat pakaian dari kulit kayu yang sederhana yang telah di perhalus.
7. Tembikar ( Periuk belanga ). Ditemukan di wilayah pulau sumatra dan di sumba, di wilayah sumba banyak ditemukan periuk belanga yang digunakan sebagai wadah tulang belulang manusia
GALLERY
gerabah (artikeldansuratku.blogspot.com) |
Kapak lonjong (sejarahbudayanusantara.weebly.com) |
kapak persegi (meneketeheonline.blogspot.com) |
perhiasan neolitikum (wacananusantara.org) |
https://id.wikipedia.org/wiki/Neolitikum
http://buihkata.blogspot.co.id/2012/11/ciri-ciri-zaman-batu-neolitikum-zaman.html
http://zaaqys.blogspot.co.id/2013/10/beberapa-pengertian-dari-revolusi.html
http://pendsejarah.blogspot.co.id/2013/12/peninggalan-corak-khusus-neolitikum.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar