Selasa, 26 Januari 2016

Life Experience - Farewel Trip With Xeracion De Seis

                15 tahun sudah aku hidup di muka bumi. Bukan watu yang sebentar, tapi belum pantas untuk dibilang lama. Pengalaman yang didapat mungkin baru segelas air dari lautan yang begitu luas. Pahit manisnya dunia yang kurasakan belum seberapa, tapi ketika mengalaminya seolah kita sudah tahu semua isi dunia.
                Salah satu peristiwa yang paling membahagiakan itu. Ah, membayangkannya saja sudah buat senyum di bibir ini merekah. Mungkin terlihat sepele, tapi entah kenapa ini selalu membuatku bahagia saat mengingatnya.
                Kejadian ini berlangsung ketika aku kelas 9 SMP. Detik detik terakhir keberadaanku di jenjang SMP. Untuk sekolah ku yang hanya punya satu kelas di setiap level, aku akan selalu sekelas dengan orang yang sama selama tiga tahun. Saat itu tahun terakhirku. Entah berapa banyak kenangan yang kami buat. Bercanda, tertawa, tersenyum, marah, bahkan menangis. Banyak sekali hal yang membahagiakan bersama mereka. Sekelas selama tiga tahun bagaimana tidak. Untung saja aku tidak muntah karena melihat muka mereka setiap hari. Hahaha.
                Hari itu 13 Mei 2015. Hari yang sudah ditunggu – tunggu. Hari ini kami akan melakukan perjalanan menuju ke daerah Bogor. Perjalanan ini dalam rangka perpisahan sahabat yang sudah 3 tahun bersama ini. Acara ini berlangsung selama 2 hari. Hari pertama kami pergi ke Curug Nangka. Dan ini dia puncak acaranya, mendaki Gunung Salak untuk sampai ke Kawah Ratu. Bagiku, ini pertama kalinya aku naik gunung. Hal ini sudah kuimpikan sejak lama. Ibuku adalah seorang pendaki gunung saat dulu. Banyak foto nya yang membuatku iri dan ingin segera merasakan sensasi berada di ketinggian ribuan meter diatas permukaan laut.
                Hari pertama, akibat jam karet yang dimiliki sebagian besar warga Indonesia, keberangkatan yang seharusnya pukul 7 mundur jadi jam 9 pagi. Alhasil saat sampai di Curug Nangka matahari sudah sangat condong ke Barat. Istilah kerennya “kesorean” wkwk. Kami bermain dan berfoto disana. Kalau dihitung hitung kami disana hanya sekitar 1 jam. Beberapa temanku merasa kecewa dan mengeluh pada guruku. “Kurang kuraang” ujar mereka.
                Perjalanan dilanjutkan menuju tempat penginapan. Ah tidak, terlalu keren. Tempat kami menginap? Ah apa saja lah. Kami menginap di rumah guruku. Guruku punya rumah di daerah kami. Muat ya di rumah? Ah aku belum menjelaskannya kah? Jumlah murid di kelasku hanya 14 orang. Ditambah guru 5 orang jadi total 19 orang. Tidak mungkin tidak muat kan? Anak perempuan tidur di kamar sedangkan anak laki – laki memilih tidur diluar beralaskan karpet. Mau tahu alasannya? Liga champion. Kalau tidak salah malam itu akan ada pertandingan yang cukup seru. Entah apa aku tak mengerti. Maka dari itu mereka memilih tidur di luar agar bisa menonton TV sambil tidur.
                Fajar datang menyingsing. Kami bangun lalu melaksanakan sholat shubuh berjamaah. Setelah itu beberapa mandi ada juga yang melanjutkan tidurnya yang lain menonton TV. Sekitar pukul setengah 7 tukang bubur ayam lewat di depan rumah. Kami pun sarapan dengan bubur ayam. Mempersiapkan diri untuk perjalanan panjang yang akan dilalui.
                Tepat pukul 8 kami keluar rumah. Naik ke mobil untuk menuju tujuan kami selanjutnya, Gunung Salak. Di perjalanan para lelaki tertidur dengan damainya. Tentu kalian tahu mengapa. Rasa penasaran terus menghantui sepanjang jalan. Raga ini seolah tak sabar ingin segera mencapai tujuan.
                Sampailah kami disana. Tidak butuh waktu lama, hanya 15 menit. Disana kami dipandu seorang pemandu yang akan membawa kami sampai ke Kawah Ratu. Perjalanan dimulai. Baru berjalan dari tempat parkir ke gerbang masuk yang jaraknya sekitar 500 meter, temanku sudah banyak yang mengeluh. Guruku pun seolah menyindir kami. “Yang minta kesini siapa? Masa baru segini udah capek” ujarnya. Kata – kata itu seperti pecut bagi kami. Angkatan ku berisi orang – orang yang bisa dibilang bandel dan susah sekali diberi masukan. Karena itu, merekaa seolah diberi sihir dan langsung semangat.
                Perjalanan yang kami tempuh sekitar 4 KM jauhnya. Dengan medan yang becek dan tidak ada ojek. Bukan hal yang mudah untuk mencapai tujuan. Untung saja di perjalanan temanku selalu berusaha mencairkan suasana. Entah itu berlaku aneh atau membuat celetukan – celetukan lucu.
                Setelah kurang lebih 3 jam berjalan, kami sampai juga di Kawah Ratu. Indah. Anugrah tuhan yang patut dijaga dan dilestarikan. Kami hanya diberi waktu 30 menit disana karena gas beracun yang ada di kawah. Kami berfoto. Mengabadikan kenangan yang tidak mungkin terulang. Mengabadikan detik – detik kebersamaan kami.
Ada perasaan sedih terselip di hati ini bagaimana kami kedepannya? Apakah kelak kami akan tetap seperti ini. Ini menjadi salah satu pengalaman yang menyesakkan. Menyadari bahwa waktu kami hanya tinggal sebentar lagi. 2 temanku akan pindah ke daerah lain. Sulit rasanya untuk mengadakan reuni. Aku? Tinggal di asrama.
Mengingat akan kehilangan guru – guru yang kebaikannya tak terhingga. Guru – guru yang akan sulit menemukan guru sebaik mereka di tempat lain selama perjalanan turun itu yang ku pikirkan. Pikiran itu seolah menutup kenangan indah yang telah terukir tadi. Sempat kutetekan beberapa bulir air mata saat turun. Untung waktu itu hujan turun. Yah sebetulnya bukan untung. Tapi karena sedang menangis jadi hujan adalah suatu keuntungan.
Saat sampai dibawah aku langsung menuju musholla lalu tidur di salah satu pojoknya. Tidak enak ya. Mengakhiri perjalanan bahagia dengan tangisan. Jadi bisa dibilang pengalaman  ini bercampur. Antara sangat bahagia dan sangat sedih.
Setelah tidur beberapa saat kami berganti pakaian untuk kembali pulang ke rumah. Saat di mobil semua orang terlelap. Tapi aku terjaga. Entah kenapa tidak ingin mengakhiri ini semua. Ingin rasanya mengulang hari dan kembali seperti semula. Tapi kami semua bertambah tua. Seiring waktu ada kewajiban lain yang harus kami lakukan. Melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya salah satunya.
Perjalanan ini hanya sebentar. Tepi kenangan yang tersimpan dalam hati ini akan abadi. Sejauh apapun kalian pergi kuyakin kelak kita akan bertemu kembali. Entah sebagai apa. Entah siapa kita kelak.

“True Friends are Always Together In Spirit”

Xeracion De Seis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar