Sabtu, 02 April 2016

Tradisi Malam Satu Suro

Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro di mana bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender hijriyah, karena Kalender jawa yang diterbitkan Sultan Agung mengacu penanggalan Hijriyah (Islam).

Satu suro biasanya diperingati pada malam hari setelah magrib pada hari sebelum tangal satu biasanya disebut malam satu suro, hal ini karena pergantian hari Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam.

Satu Suro memiliki banyak pandangan dalam masyarakat Jawa, hari ini dianggap kramat terlebih bila jatuh pada jumat legi. Untuk sebagian masyarakat pada malam satu suro dilarang untuk ke mana-mana kecuali untuk berdoa ataupun melakukan ibadah lain.

Sebagai orang keturunan jawa, saya pernah menyaksikan beberapa tradisi yang dilakukan orang - orang jawa pada malam satu Suro. Salah satunya adalah "Ngumbah keris Malam satu Suro". Ritual ini adalah tradisi mencuci/membersihkan keris pusaka bagi orang yang memilikinya. Dalam tradisi masyarakat Jawa, ngumbah keris menjadi sesuatu kegiatan spiritual cukup sakral. Kenapa tiap malam satu Suro kebanyakan orang Jawa atau para kolektor pusaka selalu mencuci keris miliknya? Karena 1 Muharram adalah malam penuh keramat, malam penuh dengan kekuatan magis. Karena pusaka-pusaka itu juga dikeramatkan, makanya perlu dirituali di malam 1 Suro, agar kekuatan gaibnya bertambah, menurut mereka. Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga kerajaan keraton Surakarta. Saya pernah menyaksikannya saat liburan. Banyak orang yang mengikuti acara tersebut. Berbeda dari tradisi diatas, setelah di cuci keris keluarga keraton akan diarak mengelilingi alun - alun. Orang - orang berebut mengambil bunga sisa mencuci keris yang berjatuhan saat keris diarak keliling alun - alun.



pengarakan keris




Ada pula tradisi "Kirab kerbau bule". Kirab Kebo Bule ini merupakan ritual Keraton Kasunanan Surakarta. Kirab Kebo Bule ini juga digelar setiap malam satu Suro, di mana sekawanan kerbau (kebo) yang dipercaya keramat, yaitu Kebo Bule Kiai Slamet. Konon kerbau ini bukan sembarang kerbau.
Dalam buku Babad Solo karya Raden Mas (RM) Said, leluhur kebo bule adalah hewan klangenan atau kesayangan Paku Buwono II. Maka dari itu, kebo bule ini dianggap sebagai pusaka keraton. Adapun kirab itu sendiri berlangsung tengah malam, tergantung ‘kemauan’ dari kebo Kyai Slamet.
Uniknya, dalam kirab ini, orang-orang sekitar Keraton akan berjalan mengikuti kirab. Mereka saling berebut dan berusaha menyentuh tubuh kebo bule. Tak cukup menyentuh, bahkan orang-orang tersebut terus berjalan di belakang kerbau, menunggu sekawanan kebo bule buang kotoran. Bila kotoran jatuh, mereka saling berebut mendapatkannya. Orang-orang itu beranggapan bahwa kotoran tersebut sebagai tradisi ngalap berkah, atau mencari berkah Kiai Slamet.


Kirab kebo bule


Tradisi itulah yang berkembang di daerah Surakarta. Daerah tempat ayah dan ibuku berasal. Tradisi diatas memang berselimutkan setipis islam di dalamnya. mengenai konsep kalender yang menggunakan penanggalan islam, juga bacaan bacaan yang digunakan selama upacara berlangsung. Berisi sholawat ada, pujian terhadap Allah pun ada, tapi pada akhirnya tetap saja syirik.
Budaya baik dijaga, budaya kurang baik perbaiki.
Untuk islam Indonesia lebih baik.

sources
http://duniabaca.com/inilah-ritual-ritual-yang-digelar-setiap-malam-satu-suro.html
google images

1 komentar:

  1. Prediksi Togel Sgp Mbah Bonar 1 September 2019 Ayo Pasang Angka Keberuntunganmu hari ini Gabung sekarang dan Dapatkan Potongan Setiap Hari !!!

    BalasHapus